Wednesday, 13 August 2014

Sejarah ISIS

1. Ideologi Kemunculan ISIS tidak bisa dilepaskan dari nama Ahmad Fadhil Nazzal al-Khalaylah alias Abu Mush'ab Az-Zarqawi. Lahir pada tanggal 20 Oktober 1966 di daerah Ramzy, sebuah pemukiman kumuh dan miskin di Kota Zarqa, Yordania. Sewaktu muda Az-Zarqawi beberapa kali melakukan kenakalan remaja yang menyebabkan beliau dipenjara. Tapi ketika menginjak dewasa, Kenakalannya terarahkan kepada semangat jihad saat mengenal para jama'ah masjid Abdullah bin Abbas dan sering menginap disitu. Suatu ketika di tahun 1980-an jihad Afghan berkobar, dan para pejuang dari Yordania serta negara-negara Arab lainnya menuju ke sana dengan mudah. Maka tak menunggu lama, berangkatlah Az-Zarqawi menumpas pasukan negara adidaya Uni Soviet bersama ratusan ribu mujahidin lainnya. Seperti biasa terjadi di medan jihad, proses asimilasi berjalan baik antara kelompok pendatang (Muhajirin) yang biasa disebut Afghanul Arab, dengan kelompok pribumi (Anshar) yang biasa disebut Afghani. Selain antara pribumi dengan pendatang, antara sesama pendatang pun terjalin silaturahim serta keakraban. Maka di Afghan itulah pada tahun 1989 mulanya Az-Zarqawi berkenalan dengan seorang guru spiritual serta penggagas strategi jihad global yang berperan besar dalam pergerakan jihad dunia, Yaitu Isham Al Burqawi alias Abu Muhammad Al-Maqdisi. Selesai perang Afghan, Az-Zarqawi kembali ke tanah kelahirannya, Yordania, membawa serta Al-Maqdisi. Lalu melancarkan gerilya pengajian-pendidikan tauhid serta penanaman fikrah-fikrah jihad di masjid-masjid serta majlis-majlis ta'lim. Selain itu mereka membentuk sebuah gerakan bernama Jama'ah Tauhid yang hanya seumur jagung sebab awal tahun 1994 beliau berdua dan banyak anggota Jama'ah Tauhid ditangkap keamanan Yordania, dan dijebloskan ke penjara gurun Sawaqah selama beberapa tahun. Di penjara Sawaqah yang berisi kurang lebih 6.000 tahanan. Para anggota Jama'ah Tauhid dikumpulkan pada sebuah bangunan yang dinamakan Unit 6 yang berisi tahanan politik. Keunikan Unit 6 ini adalah tahanan dikelompokkan berdasarkan manhaj yang dianutnya sehingga mereka bisa mengembangkan pemikirannya. Selain menjadi murid setia Al-Maqdisi, Az-Zarqawi memimpin seluruh tahanan dari berbagai manhaj. Latar belakang dan karakternya yang keras tanpa tedeng aling-aling membuatnya disegani para tahanan lain. Bahkan beliau terapkan pandangannya atas berbagai masalah baik di dalam maupun di luar penjara sebagai garis yang harus dipatuhi mutlak oleh seluruh tahanan lainnya. Sehingga dalam waktu singkat banyak tahanan menjadi pengikut setia dan fanatik Az-Zarqawi Tahun 1999 Az-Zarqawi mendapat amnesti penuh dari Raja Abdullah II yang baru menjabat tampuk kerajaan. Dari dua pilihan yang diberikan, yaitu: 1. hidup tenang dan tidak macam-macam, Atau 2. segera meninggalkan Yordania, Az-Zarqawi memilih pergi menuju Pakistan untuk selanjutnya kembali memasuki Afghanistan. Afghanistan ketika itu dibawah bayang-bayang Thaliban dan Al-Qaeda. Tapi tipikal Az-Zarqawi yang merupakan versi mujahidin paling keras, tidak suka dengan gaya Al-Qaeda dan Thaliban yang menurutnya terlalu lembek pada musuh. Bagi Az-Zarqawi, cara terbaik menghajar musuh adalah dengan menyakitinya sekeras mungkin, dengan berdarah-darah dan habis-habisan, jangan sampai bangkit lagi sedikitpun ! Maka itu tawaran bergabung dengan Al-Qaeda atau Thaliban ditolaknya dan memilih membangun sendiri kesatuan tempur yang dinamainya Jundusy Syam, sebuah grup tempur kecil berisi sekira 80-100 orang tapi sangat ekstrem, militan, dan hebat, beserta jago-jago tempur hasil seleksi tangan dingin Az-Zarqawi sendiri. Tapi meski tidak sepakat dengan gaya Al-Qaeda serta Thaliban, Jundusy Syam beberapa kali terlibat operasi bersama kedua kakak kelas jihadnya itu. Suatu ketika pada akhir tahun 2001, Invasi Amerika menghantam camp pusat Az-Zarqawi di daerah Herat, Afghanistan. Tapi Az-Zarqawi alhamdulIllah bisa lolos dan pergi ke Kandahar, salah satu basis terbesar dan utama milik Al-Qaeda serta Thaliban. Disana Az-Zarqawi bersama ribuan mujahidin lainnya berjibaku menghadapi gempuran hebat ribuan ton bom Amerika dan puluhan ribu koalisi anti Thaliban. Meski banyak yang syahid (InsyaAllah), Az-Zarqawi dan para tokoh jihad seperti Usamah bin Laden alhamdulIllah berhasil lolos untuk ke sekian kalinya dari kepungan serta serangan dahsyat terakhir di daerah Tora Bora. Setelah hancurnya Thaliban dan Al-Qaeda di Afghanistan, pilihan terbaik adalah meninggalkannya. Maka Az-Zarqawi memilih Iran. Sebentar saja disana, hanya untuk mengadakan pertemuan dengan sisa-sisa kelompoknya, kemudian menetapkan pilihan akan menjadikan Irak sebagai medan jihad baru, kuburan bagi Amerika yang ketika itu belum masuk. Darimana Az-Zarqawi tahu Amerika akan menerjang Irak ? Itulah salah satu kelebihan Az-Zarqawi yang patut diacungi jempol, Sumber intelejen dan instingnya masyaAllah luarbiasa ! Padahal Amerika baru memasuki Irak tahun 2003. Dan Az-Zarqawi sudah siap membalas sama kerasnya ! Bersambung.....

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails